Selasa, 17 Januari 2012

Waspada Penyakit Leptospirosis pada Musim Hujan

Sudahkah anda mengenal leptospirosis? Penyakit ini ditemukan di seluruh dunia, terutama pada negara tropis. Leptospirosis banyak ditemukan pada musim panas dan musim semi di negara dengan empat musim, sedangkan di negara tropis leptospirosis ditemukan pada musim hujan.




Penyebab
Leptospirosis adalah penyakit zoonosis yang disebabkan oleh Leptospirosis interogans, suatu mikroorganisme spirochaeta dari genus leptospira, famili treponemataceae. Ciri dari mikroorganisme ini adalah berbelit, tipis, fleksibel, panjangnya 5-15um, dengan spiral yang sangat halus, lebarnya 0,1-0,2 um. Salah satu dari ujung mikroorganisme ini sering membengkak, membentuk suatu kait. Terdapat gerak rotasi aktif, tetapi tidak ditemukan adanya flagella. Leptospira membutuhkan media dan kondisi khusus untuk tumbuh dan mungkin membutuhkan waktu berminggu-minggu untuk membuat kultur yang positif. Medium yang dapat tumbuh dengan baik sebagai obligat aerob adalah Fletcher’s.


Cara Penularan
Leptospira bisa terdapat pada binatang piaraan seperti anjing, babi, lembu, kuda, kucing, dan binatang pengerat seperti tikus. Di dalam binatang tersebut, leptospira hidup di ginjal/air kemih. Tikus merupakan perantara utama dari Leptospirosis ikterohaemorrhagica, penyebab leptospirosis pada manusia. International Leptospirosis Society menyatakan Indonesia sebagai negara dengan insiden leptospirosis yang tinggi dan peringkat ketiga di dunia untuk mortalitas.
Leptospira masuk ke penderita melalui abrasi pada kulit sehat, melalui kulit yang terluka, atau melalui gigitan binatang yang telah terinfeksi leptospira. Leptospira dapat mencapai aliran darah melalui pembuluh getah bening sehingga menyebabkan leptospiremia dan menyebar ke seluruh organ, kemudian akan diikuti dengan respon imunologi. Beberapa organisme ini dapat bertahan pada daerah yang terisolasi secara imunologi seperti di dalam ginjal yaitu tubulus. Di sana ia akan bertahan dan dilepaskan melalui urin.

Tanda dan Gejala
Penyakit ini dapat disertai dengan ikterik maupun tanpa ikterik. Bentuk berat dari penyakit ini dikenal sebagai weil’s disease. Pertama kali ditemukan oleh Weil pada tahun 1886. Penyakit ini juga dikenal dengan berbagai nama seperti mud fever, slime fever, swamp fever, autumnal fever, infectious jaundice, field fever, cane cutter fever, dan lain-lain.
Fase leptospiremia akut dapat diikuti oleh fase imun leptospiruri. Tidak ada perbedaan waktu yang jelas dari fase pertama ke fase kedua dan pada beberapa kasus tidak selalu meliputi fase kedua. Leptospira dapat diisolasi di darah dan cairan serebrospinal selama 4-10 hari pertama kali sakit. Kuman ini dengan cepat lenyap dari darah setelah terbentuknya agglutinin. Periode inkubasi biasanya 1-2 minggu dengan kisaran waktu 2-20 hari. Pada stadium pertama di dalam darah dan cairan serebrospinal, dapat terjadi gejala-gejala demam tinggi disertai dengan mengigil, sakit kepala biasanya di sebelah depan, badan lemas, muntah, radang pada selaput lendir mata/konjungtivitis. Pemeriksaan fisik yang sering dijumpai ada demam disertai dengan konjugtiva suffusion dan jaundice. Pemeriksaan laboratorium dapat dijumpai peningkatan leukosit, neutrofil yang normal atau menurun, laju endap darah yang meningkat, dan trombosit yang menurun terdapat pada 50% kasus. Pada urin dapat dijumpai adanya proteinuria, leukosituria, dan cast. Bila organ hati terlibat, bilirubin direk meningkat tanpa peningkatan transaminase.

Pengobatan
Pengobatan dini pada leptospirosis sangat menolong. Antibiotika yang diberikan dalam 4 hari setelah onset masih cukup efektif. Pada kasus-kasus ringan, dapat diberikan antibiotika oral seperti tetrasiklin, doksisiklin (2x100mg), ampisilin (4x500-750mg), amoksisilin (4x500mg). Sedangkan untuk leptospirosis ringan hingga berat dapat diberikan antibiotika penisilin G 1,5 juta unit/ 6 jam i.v, ampisilin 1g/6 jam i.v, amoksisilin 1g/6jam i.v, ceftriaxone 1g/hari i.v, cefotaxime 1g/6jam i.v, eritromisin 500 mg/6jam i.v. Pengobatan suportif juga diperlukan bila ada indikasi.

Komplikasi Leptospirosis
• pada hati : kekuningan,
• pada ginjal : gagal ginjal yang dapat menyebabkan kematian,
• pada jantung : berdebar tidak teratur, jantung membengkak, dan gagal jantung yang dapat mengakibatkan kematian mendadak,
• pada paru-paru : batuk berdarah, nyeri dada, sesak nafas. Perdarahan karena adanya kerusakan pembuluh darah dari saluran pernafasan, saluran pencernaan, ginjal, saluran genitalia, dan mata (konjungtiva)
• pada kehamilan : keguguran, prematur, bayi lahir cacat, dan lahir mati.

Pencegahan
Individu yang memiliki pekerjaan dengan risiko tinggi terhadap penularan leptospirosis diharapkan dapat mencegah kejadian leptospirosis dengan menggunakan alat pelindung. Pemberian doksisiklin 200mg per minggu dikatakan efektif tetapi hanya diindikasikan sebagai kemoprofilaksis bagi mereka yang memiliki risiko tinggi dan hanya terpapar dalam waktu singkat.

Referensi
1. Zain, Umar. 2007. Buku Ajar Penyakit Dalam Jilid III. Edisi IV. Jakarta: Balai penerbit FKUI. Halaman 1823-25.
2. Braunward, et all. Harrison’s Principles of Internal Medicine. Ed ke-17. New York : McGraw-Hills ; 2008
3. http://www.infeksi.com/articles.php?lng=in&pg=45

sumber: www.tanyadokteranda.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar